Selasa, 08 Maret 2016

CERPEN : Jodohku Bukan Jodohku

Bagaimana aku mengatakannya pada tommy, namun kesakitan ini kian hari makin dahsyat ku kira aku tak sanggup bertahan lebih lama, Namun aku juga tak sanggup memutuskan meninggalkan tommy yang saat ini masih tertidur lelap sampingku dan Menungguku semalaman, sampai selesai operasi samar-samar kulihat dia masih terjaga, artinya dia belum tidur dari semalam. Perlahan kudekati dia kukecup keningnya mengucapkan beribu terimakasih sambil mengelus wajahnya yang lelah aku tak sanggup dan ambruk menangis.
Ia terbangun dan memarahiku lagi, aku katakan aku baik-baik saja, tapi dia tidak percaya dan menggendongku keatas tempat tidur.
”Tommy aku tidak bias melihatmu menderita karnaku.” ku katakan padanya.
Dia marah dan meninggalkanku. Keluar kamar. Aku tahu dibalik pintu dia menangis.
Sesaat dia kembali karna ku panggil dan kita pun menangis bersama dengan saling berpelukan. Aku bercanda “tommy, apa kau ingin punya bayi”. Dia mengelusku sambil tersenyum dalam mata sayu. “mengurusmu saja susah, apalagi ditambah bayi”. Dia nyengir. Aku tertawa.
“sungguh aku ikhlas akan penyakitku ini, jangan kau jadikan aku bebanmu tom”. Kataku mencoba serius.
Apa yang kuinginkan sebelum tiada adalah melihat tommy bahagia. Aku ingin menitipkan dia pada sahabatku Yanny dan aku rasa mereka sangat cocok. Yanny adalah sahabat terbaikku.
Aku mulai mempersiapkan pertemuan mereka hari ini dibantu oleh sahabatku yang lain, namun sebetulnya hatiku sakit. Sakit sekali. Egoku masih besar tidak rela dia bersama yang lain, tapi aku akan lebih egois jika membiarkan tommy terus menerus mengurusiku yang tak berdaya.
Dan detik demi detik mulai berlalu jam-jam yang kutunggu mulai dating, kami semua sudah berkumpul, tinggal menunggu kedatangan tommy. Dan akhirnya suamiku yang tampan muncul dibalik pintu.

“ayolah tom, do me a favor ok?” pintaku merengek. Tommy tetap bergeming. Aku memeluknya, tak sanggup menahan luapan berbagai emosi dalam hatiku.
“bagaimana, aku membahagiakanmu tom? Bagaimana? Aku hanya bias berbaring, aku sangat mencintaimu, sangat. Aku juga hancur jika melihatmu dengan wanita lain.  Tapi, aku tidak ingin kau menderita”. Tangisku dalam pelukan tommy mengalahkan suaraku.
“aku menderita karna melihatmu sakit,aku menderita karna melihatmu menjodohkanku ke sahabatmu sendiri, aku menderita kalau kau berbuat begini”. Kata tommy dengan suara lantang.
“aku.. minta maaf sayang”. Kataku lembut sambil mengecup bibirnya. Tommypun membaringkanku dikasur. Dan kita tertidur.
Tommy masih tertidur memelukku, memegang tangaku erat, seakan tak membiarkan aku bergerak. Aku masih melamun menanti hari esok. Ya, ibu mertuaku akan pulang dari Austria. Aku takut, entah apa yang kutakutkan.
Ibu mertuaku berkata aku akan dibawa kebelanda untuk pengobatan, aku tidak mau namun  tommy menyemangatiku, tentu dia tidak bias ikut. Walau hati ini berat demi bias sembuh dan percaya diri lagi dan dengan bekal yang ditinggalkan mendiang orang tuaku, aku berangkat.

diBelanda ibu mertuaku membawaku kesebuah rumah dipinggiran kota, disana tinggal seorang nenek yang baru kutahu adalah nenek Tommy, aku merasa janggal karna tommy tidak pernah bercerita punya seorang nenek dibelanda. aku mencoba untuk berpikir positif. Hari berlalu tanpa pengobatan.
 Oh tuhan aku ingin bersama suamiku. Aku sangat merindukannya walau baru beberapa hari disini. Aku terus menerus menelpon sepanjang hari menanyakannya sampai aku ditegur. Ah, aku sangat rindu.
 Hari-hariku bersama seorang perawat muda bernama Meline, dan nenek juga punya seorang pembantu setia, aku menyebutnya bibi Carol, dia seumuran dengan ibu mertuaku, wajahnya sayu namun masih segar, ia sangat gesit dan rajin. Aku bahagia mereka menerimaku walau aku menangis karna mertuaku memisahkanku dari Tommy.
Nenek membawaku kesebuah rumah sakit terkenal, aku mulai menjalani perawatan. Namun, aku merasa semakin buruk.
Ya, tommy menghilang, bahkan komunikasi kami terputus. Aku kalang kabut, aku khawatir, apalagi mertuaku juga tidak bias dihubungi. Aku ingin pulang. Dokter yang merawatku mengijinkanku pulang.
Rumah kami sudah kosong, aku sungguh tidak percaya. Aku ambil serpihan-serpihan barang-barang kenangan dirumah itu. Aku menangis sejadi-jadinya. Meline mmencoba menenangkan ku. Tiba-tiba nafasku sesak pandangan jadi gelap. Aku terjatuh.
Dirumah sakit.
Aku mencoba menghubungi siapapun yang ada. Mencoba mencari jawaban. Tommy, dimana kamu?
Seminggu kemudian, aku dibawa kesuatu nisan, bapa itu berkata itu adalah kuburan suamiku. Apa ini? Mengapa semua jadi begini? Mengapa yang kuperjuangkan untuknya malah ia yang pergi, untuk apa aku menjalani semua ini? Kenapa dunia begitu kejam? Aku terus mengutuk. Aku tak terima. Aku hanya sebatang kara didunia ini. Tak adalagi alasan aku hidup. Aku marah. Marah pada apa saja yang bias ku marahi. Aku depresi berat.
Berbulan-bulan aku duduk dalam kamarku. Tatapanku jauh. Teringat saat bersama Tommy. Sahabat-sahabatku hanya memandang iba padaku. Sesaat aku sadar Meline terus menyuapiku namun aku tak bersemangat sampai aku kaget mendengarnya marah. “aku ingin pulang jika kau hanya ingin menyia-nyiakan dirimu dirumah ini”. Aku kaget. Meline berkaca-kaca.
Aku tersadar, selama ini ada Meline yang setia merawatku, aku membawa dia dari belanda ke Indonesia hanya untuk dijadikan seperti ini. Berapapun gaji yang ia terima taakan sebanding dengan pengorbanannya aku menangis sadar. Aku mulai mau menjalani perawatanku kembali. Dan aku teringat akan pesan Tommy, “Harapanku hanya ingin kau sembuh, tidak ada yang lain”. Aku memutuskan menjual perkebunan milik mendiang ayah dan pergi lagi keBelanda menjalani pengobatan ku yang tertunda.



Aku dinyatakan sembuh total. Ini seperti mimpi, mukjizat, betapa Tuhan sangat menyayangiku, oh aku tidak bias mengutarakannya betapa aku sangat bersyukur, andai Tommy masih hidup. Apa yang akan dikatakannya. Tiba-tiba aku tersadar dari mimpiku, aku bertemu kedua orang tuaku dan dia menyuruhku untuk pulang keIndonesia.
Segeralah aku pulang dan beziarah, dan tak lupa aku mengunjungi makam Tommy. Kali ini, air mata bahagia yang ku teteskan. Setelah pulang aku ingin sekali mengunjungi rumahku yang beberapa tahun ini ku tinggalkan. Aku ingin membangun kembali kenangan bersama Tommy.
Aku terus bermimpi bersama Tommy sampai suatu pagi aku terbangun oleh tetangga yang berkunjung.
Aku terkejut bukan main. Tommy masih hidup. Dia ada disemarang. Informasi itu kalang kabut diotakku aku tak dapat menangkap informasi apa-apa lagi selain Tommy yang ditemukan masih hidup. Aku sungguh bersyukur sekaligus takut. Emosi bercampur aduk, menangis tapi tidak mengeluarkan air mata, aku harus pergi sekarang juga aku akan bertemu suamiku lagi setelah bertahun-tahun.
Aku langsung bergegas pergi, setelah tahu alamat di mana Tommy tinggal. Mengingat pagi itu :
“aku bersyukur kau sembuh, tapi setelah kecelakaan itu ada beberapa fakta yang ditemukan polisi, dan ada yang janggal”. Ungkap ibu Rina dengan hati-hati.
“Tommy masih hidup dan dia ada di semarang, sepertinya ada orang yang sengaja menyiarkan kematian palsunya”. Kata nya dengan cepat. Aku tak dapat berkata, seperti badanku akan melayang karna kagetnya, aku tidak bias berpikir jernih saat itu. Namun sekarang, aku sedang dalam perjalananku.
Dua hari ini, aku sangat lelah, menangkap semua fakta dan realita yang ada dihadapanku saat ini. Aku tidak bias menggambarkan dengan kata-kata betapa jantungku selalu berdebar kencang menerima kenyataan-kenyataan ini. Aku mencoba menyusun satu persatu kepingan hatiku yang hancur.

Saat itu..
Ada tommy yang sedang duduk dikursi roda menatap seorang wanita yang menggendong bayi, aku kenal wanita itu, Yanny.
Sanggupkah aku menghampiri mereka? Apa yang akan ku katakan pada mereka? Aku putuskan untuk pulang dan mencari informasi dari seorang yang kukenal disemarang untuk menyelidiki mereka. Dan faktanya mereka sudah menikah, bayi itu pasti anak mereka. Aku turut bahagia walau aku masih bertanya dalam hati. Sebelum aku memutuskan menetap dibelanda meninggalkan serpihan kenangan manis dan pait tentang hidupku disini. Aku tau bahwa jalan hidupku bukan disini. Sebelum pergi aku meninggalkan sebuah kenangan yang mungkin akan kau baca suatu hari nanti, entah kau menemukannya dikamar anakmu atau saat kau membeli buku, catatanku yang kubuat novel perjalanan cinta kita, keteguhanmu, kesabaranmu, cintamu, pengorbananmu, yang kandas begitu saja. Aku tidak tahu jawabannya. Dan aku tidak membutuhkannya karna selama kau bahagia dengannya, akupun begitu.
Ku tinggalkan surat cinta ini untukmu,
Kekasihku, apa kabar?
Apa kau sudah melupakanku?
Aku tidak ingin mengingatkanmu akan kenangan hidup bersamamu, namun kau harus tahu,
Aku tetap bahagia jalan apapun yang akan kau tempuh, selama itu baik bagimu dan bias membuatmu bahagia, aku ikhlas…
Kekasihku..
Mungkin bertahun-tahun kebelakang atau kedepan kamu akan selalu ada dalam hatiku, walau ku tau aku tidak lagi dalam hatimu..
Kekasihku, aku ucapkan selamat karna kau telah menemukan kebahagiaanmu..
Kita berdua bahagia bersama dengan jalan masing-masing..
Tuhan yang berkuasa atas segalanya..
Kekasihku, jangan lupakan aku, jika kau melihatku disuatu tempat sepalah aku…
Kekasihku selamat tinggal akan dirimu dan kenangan bersamamu..
Aku akan menguburnya dalam-dalam…
Kau bukan lagi kekasihku…


1 komentar: